Senin, 07 Januari 2013

Potensi Kabupaten Tanah Karo di Sektor Pertanian

Sumatera Utara, ya, provinsi ini termasuk salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Di provinsi yang terkenal dengan keindahan Danau Toba nya mempunyai berbagai keunggulan, mulai dari “bahasa”, makanan, masyarakat, suku, alam dan pertanian nya. Disini akan dibahas mengenai potensi pertanian di daerah Kabupaten Tanah Karo, Berastagi.
Berastagi terletak di sebelah utara Provinsi Sumatera Utara, kira-kira 70 kilometer dari kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Berastagi  terletak di dataran tinggi dan diapit oleh gunung aktif yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.
Tanah Karo memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, mulai dari sektor alam sampai ke pertaniannya. Sektor pertanian yang paling menonjol di daerah tersebut dan sangat bagus untuk dikembangkan. Hasil sayuran dan buah merupakan hasil pertanian yang sangat sering dihasilkan di Tanah Karo. Banyak hasil pertanian ini dikirim ke berbagai daerah seperti ke Aceh dan bahkan sampai ke Jakarta. Akan tetapi, sektor ini masih memiliki banyak kendala, terutama para petani itu sendiri. Sebagai contoh banyak petani yang belum mengerti cara penggunaan lahan secara efisien dan cara penanaman dengan baik.

Berikut akan dibuat potensi pertanian pada kabupaten Tanah Karo:

1. Kol / Kubis
Kol/kubis adalah salah satu jenis sayur mayur yang telah sejak lama ditanam di Kabupaten Karo. Perkembangan komoditi ini dinyatakan baik karena didukung oleh kondisi cuaca, keinginan petani yang tinggi dan ketersediaan lahan. Kubis adalah salah satu produk yang tidak dapat bertahan lama setelah masa panen dan biasanya dijual dalam keadaan segar. 
LUAS TANAM
2.730
LUAS PANEN
3.052
DAERAH PENGHASIL
Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan barus Jahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
1193
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI
Malaysia dan Singapor
2. Kentang
Komoditi ini ditanami di Kabupaten Karo karena produksinya yang tinggi dibawah kondisi iklim daerah tersebut. Petani lokal dalam menanam komoditi ini tidak selalu menggunakan bibit yang terdaftar dan mempunyai ijin sehingga produksinya beragam dalam penampilan, warna dan ukuran. Hal ini berlaku karena harga bibit yang terdaftar mahal dan ketidaktetapan harga produk ini pada harga pasar. Kentang mengandung vitamin A dan C dan memproduksi karbohidrat lebih tinggi. Potensi pengembangan kentang berada di kisaran 800 s/d 1400 m dpl. 
LUAS TANAM
2.870
LUAS PANEN
2.631
DAERAH PENGHASIL
Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan barus Jahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
4.630
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI
Malaysia dan Singapor














3. Lobak
LUAS TANAM
182
LUAS PANEN
238
DAERAH PENGHASIL
Simpang Empat, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Dolat Rayat dan Merek
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
1.100
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI
Malaysia dan Singapor
4. Wortel
Wortel juga termasuk dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel juga berguna untuk mencegah serangan jantung koroner dan penyempitan pembuluh darah Pada saat sekarang ini, wortel yang diproduksi di daerah ini telah memiliki standar merek dagang dan diekspor ke Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Petani hanya menanam wortel tipe lokal sejak pengadaan bibit unggul wortel tidak lagi sesuai dengan permintaan pasar. Berdasarkan alasan ini, sangat diharapkan agar para peneliti menciptakan penemuan baru tentang wortel.
LUAS TANAM
833
LUAS PANEN
1.024
DAERAH PENGHASIL
Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan barus Jahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
2.260
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI









5. Cabe
Cabe adalah salah satu komoditi hasil pertanian dengan nilai ekonomi yang tinggi. Meningkatnya permintaan akan komoditi ini mengakibatkan semakin banyak jenis menu yang disediakan dengan cabe merah. Petani yang ada di Kabupaten Karo sangat berminat dengan komoditi ini. Tanaman ini telah sejak lama ditanam baik secara tradisional maupun melalui penemuan baru teknologi penanamannya. Pengembangan komoditi ini di Kabupaten Karo dinyatakan potensial karena dukungan petani dan ketersediaan lahan. Sampai sekarang komoditi ini dijual pada masyarakat lokal dan domestik.
LUAS TANAM
4.947
LUAS PANEN
5484
DAERAH PENGHASIL
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Karo
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
17.548
PASAR DALAM NEGERI
Medan, Binjei, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Pulau batam, Langkat, Aceh, Sibolga, Riau dan Siantar
PASAR LUAR NEGERI
-
6. Tomat
Perluasan daerah pertanaman tomat sangat potensial di Karo. Minat petani yang tinggi, suasana kondisi iklim yang mendukung, ketersediaan lahan dan pengenalan petani akan teknologi penanaman tumbuhan ini. Masalah utama komoditi ini adalah harga pasar yang selalu naik turun. Tomat adalah jenis tanaman lain yang mengandung vitamin A dan C yang tinggi sehubungan dengan kandungan vitamin yang tinggi, tomat pada umumnya digunakan untuk perawatan kerongkongan atau gangguan saluran pernapasan dan penglihatan yang kurang terang.
LUAS TANAM
1.458
LUAS PANEN
1.713
DAERAH PENGHASIL
Tiga Binanga, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Dolat Rayat dan Merek
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
3.697
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI
Malaysia dan Singapore
7. Daun Bawang
Bawang daun adalah salah satu jenis tanaman sayur mayur yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman ini hanya dapat tumbuh pada jenis tanah tertentu. Masyarakat juga selalu menanam komoditi ini di halaman rumah mereka. Komoditi ini juga hanya dijual di pasar lokal dan domestik.
LUAS TANAM
506
LUAS PANEN
547
DAERAH PENGHASIL

Simpang Empat, Merdeka, Kabanjahe, Dolat Rayat dan Barusjahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
5.952
PASAR DALAM NEGERI
Medan, Binjei, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Pulau batam, Langkat, Aceh, Sibolga, Riau dan Siantar
PASAR LUAR NEGERI
-











8. Jagung
Kabupaten Karo adalah sentra produksi jagung di Sumatera Utara. Komoditi ini telah sejak lama ditanam secara tradisional oleh petani di Kabupaten Karo. Varitas terbaru yang dikembangkan sekarang adalah jagung Hybrida (95 %).
LUAS TANAM
72.773
LUAS PANEN
65.318
DAERAH PENGHASIL
Seluruh Kecamatan di Kabupaten karo
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
2.363
PASAR DALAM NEGERI
Medan
PASAR LUAR NEGERI
-
9. Jeruk
Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varitas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah jenis Siam, Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Jenis yang disukai oleh konsumen lokal adalah varitas Siam Madu sehingga varitas jeruk ini mendominasi penanaman jeruk di Kabupaten Karo. Jeruk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : manis, bentuk bulat atau oval, tebal kulit 2 – 4 mm, warna lapisan dalam kuning, diameter jeruk 5 – 7 cm, dan beratnya 90 – 225 gram, ketahanan 8 – 10 hari setelah masa panen, umur tanaman 4 – 9 tahun dan Komoditi ini telah diekspor ke negara-negara tetangga.
LUAS TANAM
14.483,64
LUAS PANEN
8.454,62
DAERAH PENGHASIL
Mardinding, Juhar, Munte, Kutabuluh, Munte, Payung, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barus Jahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
5.543
PASAR DALAM NEGERI
Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei
PASAR LUAR NEGERI
Malaysia dan Singapore













10. Markisa
Markisa adalah salah satu jenis komoditi buah yang memiliki kandungan vitamin yang tinggi yang berguna untuk kesehatan, khususnya vitamin C. Penanaman markisah dinyatakan menguntungkan karena produksi pertamanya hanya kira-kira 10 bulan setelah masa tanam. Setelah itu masa panen bisa setiap minggu. Kabupaten Karo adalah sentra produksi markisah di Sumatera Utara. Komoditi ini hanya dijual pada masyarakat lokal dan domestik.
LUAS TANAM
144,89
LUAS PANEN
134,28
DAERAH PENGHASIL
Payung, Simpang Empat Naman Teran, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rakyat, Merek dan Barus jahe
HARGA JUAL RATA-RATA (Rp/Kg)
2.761
PASAR DALAM NEGERI
Berastagi
PASAR LUAR NEGERI
-
Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa tingginya potensi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tanah Karo terutama pada sektor pertaniannya. Tetapi itu semua memiliki banyak kendala, antara lain:

1. Pasar atau Pemasaran

Masalah ini pertama kali menjadi kendala sejar permusuhan Indonesia dengan Malaysia, kemudian setelah perdagangan bebas Cina-ASEAN pada 2010. Permasalahan dalam hal ini adalah penguasaan pasar, selama ini produk pertanian Karo hanya dapat menembus pasar local(SUMUT) hal ini terutama untuk sayur dan bunga juga beberapa jenis buah. Sedangkan untuk beberapa jenis buah seperti jeruk dan markisa dapat menembus pasar Sumatera dan Jawa.
Produk pertanian Karo dalam hal ini harus gigih bersaing dengan lawan utamanya dari Cina. Jika tidak dapat melawan produk “Kalak Cina” tersebut maka produk pertanian Karo akan menjadi penonton.


Dalam hal ini perlunya promosi dan perluasan pasar. Menurut tinjauan sosiologis, sesuai dengan kondisi mayoritas masyarakat Karo adalah petani maka perlu dibentuk suatau badan atau komisi pada PEMKAB KARO khusus menangani pemasaran ini. Jika tidak terbentuk maka hal ini dapat dikatakan sebagai kelemahan struktur atau struktur pemerintahan yang mandul atau ‘salah tingkah.’ Karena hal ini berkaitan dengan harga yang akan dibahas di bagian berikutnya. Selain itu dapat dengan mencari pasar baru di luar SUMUT oleh calon distributor baru hal ini akan sama-sama menguntungkan antara petani dan distributor(sebagai usaha baru).



2. Harga

Harga produk pertanian berkaitan dengan untung rugi kegiatan pertanian. Selama ini sejauh pengamatan penulis bahwa permasalahan harga di Karo adalah fluktuasi yang sangat tajam. Hari ini dapat sangat mahal beberapa hari kemudian bisa-bisa tidak laku. Hal ini berkaitan dengan jumlah produksi pertanian dan pasar. Saat ini ada kecendrungan di kalangan petani Karo apa yang mahal di pasaran maka akan menjadi primadona untuk ditanam.(Kasus cabai merah tahun 2010 dan 2011-pada tahun 2010 harga tertinggi di beberapa pasar tradisional adalah Rp.55.000,- di oktober sampai puncaknya januari 2011. Bandingkan kemudian pada maret 2011 harga cabai bahkan hanya Rp.6000,-/kg perbandingannya adalah 9:1)


Kelanjutan dari pembahasan ‘pasar’ diatas jika ada badan yang mengaturnya maka harga dapat terkontrol dimana ketika produksi mebludak badan tersebut dapat menampungnya dan menyalurkannya kembali ketika produksi menyusut. Selain itu perlunya kesadaran petani untuk memperkaya jenis tanaman dengan mempelajari daerah per kecamatan dengan produk pertanian yang dihasilkan. Misalnya daerah Kecamatan Merek adalah penghasil cabai dan kentang terbesar maka di daerah Tiga Binanga tidak perlu menanam jenis tersebut tapi dapat menanam jagung misalnya.



Selain hal tersebut dalam hal ini juga perlunya “INFORMASI”. Mengapa perlu? Harga produk pertanian berkaitan dengan informasi yang diketahui oleh para petani, seperti informasi perkembangan harga, informasi jumlah produk pertanian di Karo, informasi cuaca dan prediksi cuaca. Dalam hal ini perlunya kerjasama berbagai instansi terkait seperti Dinas Kominfo, BPS KARO, BMKG SUMUT, radio daerah dan persuratkabaran daerah. Disinilah pentingnya sebuah jaringan antar orang Karo jika menginginkan orang Karo menjadi penguasa pertanian kembali.



3. Pupuk

Persoalan pupuk menjadi gunjang-gunjing setelah era reformasi ditandai dengan kenaikan harga pupuk yang sangat tinggi. Pada akhirnya pemerintah mengeluarkan pupuk bersubsidi (Urea, Phonska, ZA, SP dan Organic Fertilizer). Permasalahannya kemudian adalah jumlah pupuk yang diberikan. Bisa dikalkulasikan, jika sebatang jeruk usia 7 tahun membutuhkan pupuk sebanyak 5kg (NPK-dianggaplah pupuk subsidi sudah memenuhi unsure tersebut sesuai jumlah yang dibutuhkan) maka hanya cukup untuk 40 batang jeruk/ 1 paket subsidi-panduan USAID AMARTA). Oleh karenanya petani tetap membeli pupuk nonsubsidi, masalahnya kembali kepada harga pupuk yang mahal dan kembali ke persoalan jumlah untung rugi. Masalah ini tidak begitu terasa bagi petani besar atau pemilik modal yang besar. Apakah semua petani Karo petani bermodal besar?




Solusi sejauh ini adalah pengenalan pupuk organik(bokasi). Suku Karo memang mengenal pupuk organic sejak dulu yang dinamai dengan berbagai jenis seperti taneh kerangen, taneh pinugun, perabun, kubang(pupuk kandang). Ternyata pertanian modern memiliki cara tersendiri agar penggunaan pupuk organic dapat optimal. Masalahnya dari manakah petani dapat mengetahui hal tersebut? Dalam hal ini perlu kiranya berbagai pihak segera bergegas, misalnya kaum intelektual bergabung dengan sarana informasi daerah(pemerintah terkait dengan surat kabar yang ada di daerah). Sistemnya jangan seperti permainan petasan yaitu ketika dibakar langsung dilemparkan, tapi harus seperti bahan bakar dalam mesin terus mengalir. 


4. Pengetahuan

Hal ini berkaitan dengan permasalahan 1, 2, 3 dimana bertani itu adalah sama seperti kehidupan manusia yaitu long life education. Dari manakah seseorang dapat belajar? Bisa secara formal bisa juga secara nonformal ataupun informal. Secara formal yaitu dari penyuluhan pertanian(pemerintah atau insntansi), secara nonformal yaitu pelatihan, seminar, sekolah lapangan. Sedangkan secara informal dapat dari pengalaman pribadi.


Ketika masyarakat Karo dikenalkan dengan berbagai varietas modern maka perlu banyak belajar tentang jenis tanaman tersebut. Di era modernisasi saat ini jika pengetahuan dari pengalaman pribadi(informal) maka akan kalah cepat dalam bersaing dengan petani lain. Apa yang penting dalam hal ini? Jawabannya partisipasi. Kajian ini lebih cenderung melihat kepada kajian struktur dan jaringan jadi menurut penulis disini perlu pemerintah mengalirkan ‘pengetahuan’ tersebut dan perlunya juga petani menyisihkan waktu untuk belajar pengetahuan tersebut. Lagi. Lagi jaringan pemerintah, cendekiawan Karo, media massa perlu dimanfaatkan.



Pemerintah dan Suku Karo memang mulai krisis “kepercayaan” saat ini. Petani tidak tahu lagi harus mempercayai siapa. Bahkan sesama petani dalam satu kampung sekalipun mereka tidak percaya karena adanya perasaan takut disaingi, ACC, pelit ilmu. Pemerintah juga demikian, masyarakat Karo seolah-olah dapat berkembang dan maju tanpa pemerintah. Kalau demikian apalah guna PEMKAB KARo, lebih baik dibubarkan saja. Seperti control pestisida dan pupuk palsu, disini tidak mungkin petani yang harus buka labolatorium untuk menelitinya. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang sangat terbuka tapi sekali dibohongi maka akan selamanya kepercayaan itu menghilang. Hal tersebutlah yang terjadi ketika pupuk palsu beredar pada tahun 2000-an. Krisis kepercayaan. Pada akhirnya sikap ACC yang dimiliki masyarakat(sekalipun sedikit) dengan munculnya sikap instan/modenisasi dan individualism maka kepercayaan itu semakin menipis di kalangan orang Karo. Adi la aku, ise pe ula(Kalau bukan aku, maka siapapun tidak).



Rasa kepercayaan ini dapat ditumbuhkan kembali, dengan penguatan identitas Karo. Rasa solidaritas dan kekeluargaan Karo dapat menjadi acuan untuk menumbuhkan “kepercayaan” dan struktur yang baik dalam pertanian Karo. Masalahnya, siapa yang mau lebih dulu menumbuhkan kepercayaan terebut? Jawabannya juga harus secara bersama-sama, pemerintah bergerak dari instansinya, masyarakat bergerak dari rumahnya dan bertemu di lapangan pertanian.

Daftar Pustaka
BPS Kabupaten Karo . Diakses tanggal [4 Januari 2013] [19.34]
Pemda Kabupaten Karo